Menjaga Lisan, Menjaga Api Permusuhan

Dalam sejarahnya, perempuan di ciptakan untuk mendampingi seorang laki-laki. Mendampingi laki-laki sebagai hamba Allah dan sebagai pengelola bumi. Sebagai hamba Allah, tentunya laki-laki harus melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah Swt. seperti shalat, zakat, puasa dan lain-lain yang sifatnya ibadah. Sedangkan sebagai pengelola bumi, tentunya harus mengelola alam semesta agar tetap berjalan sesuai dengan porsi dan proporsinya, seperti menjaga diri, menjaga kelestarian alam, menajaga harmunisasi sesama dan lain-lain.

Dalam melakukan itu semua, Allah dengan rahmatnya menciptakan perempuan untuk mendampingi seorang laki-laki, agar dapat membagi peran dan tugas di tengah-tengah kesibukannya, serta menjadi pelengkap kekurangannya. Sehingga keberadaan perempuan sangat penting untuk laki-laki dalam melakukan ibadah kepada Allah dan menjadi pengelola di bumi. Karena pada hakikatnya, menjadi hamba Allah dan pengelola bumi tidak semudah apa yang kita kira, butuh kesabaran, pengorbanan, ketangguhan, lebih-lebih iman yang kuat agar menjadi perisai diri dalam menghadapi hambatan yang akan menghalangi.

Namun terkadang, keberadaan perempuan menjadi penghambat laki-laki dalam melakukan ibadah dan pengelola bumi, hal itu disebabkan kekurangan yang ada dalam diri seorang perempuan itu sendiri, seperti, tidak bisa menjaga lisannya dalam membecirakan kekurangan orang lain yang tidak disukainya. Itu terjadi karena  perempuan dalam melakukan penilaian terhadap orang lain yang terlalu bawa perasaan, sehingga melahirkan penilaian yang cendrung subjektif. Jika basis keimanan seorang laki-laki lemah, maka berpotensi akan dipengaruhi perempuan. Semua apa yang dikatakan perempuan akan diterima dan di masukkan dalam hati, hal itu yang akan menjadi awal ketidakharmonisan antar sesama.

Maka, sebagai seorang laki-laki sudah seharusnya mempunyai kesabaran yang kuat, pengetauan yang luas dan keimanan yang kokoh. Agar dapat menutupi kekurangan seorang perempuan. Begitupun dengan seorang perempuan, sudah seharusnya menjadi perempuan yang luas akan pengetahuan, kokoh dalam keimanan, lebih-lebih sabar menjaga persaan dan lisannya, karena “menjaga lisan sama halnya menghindari api pemusuhan”. Semua itu tidak lain agar menjadi pendamping yang dapat membawa ke jalan yang lurus, menjadi rumah yang di ridhai Allah, dan menjadi support sistem laki-laki yang menjadi takdirnya kelak, agar tetap berjuang di jalan Allah Swt. yaitu menjadi hamba Allah yang sejati dan menjadi pengelola bumi yang baik sesuai dengan nilai-nilai agama dan negara.

Penulis: Salim Sholin

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *